Tantangan di Era Digital – Saat ini, beradaptasi dengan Covid-19 telah dan akan terus menjadi tantangan terpenting bagi setiap orang dan organisasi. Wabah ini menyadarkan betapa sulitnya bagi kita untuk melakukan adaptasi dalam aktivitas rutin kita, baik dalam cara hidup sehari-hari maupun cara bekerja kita, emosional, pikiran dan perilaku.
Namun demikian, kemampuan untuk terus beradaptasi tidak akan hilang ketika wabah Covid-19 ini bisa teratasi. Justru sebaliknya, kemampuan untuk beradaptasi akan menjadi keharusan.
Kita semua harus menjadi pembelajar yang sangat adaptif, menjadi “hyper-learner” yang terus menerus meningkatkan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi. Derasnya laju perubahan dalam era digital akan membutuhkan kemampuan “hyper-learning” tersebut.
Di era digital, penggabungan beberapa teknologi canggih akan mengubah cara kita hidup dan bagaimana kita bekerja. Di tempat bekerja, manusia akan diperlukan untuk melakukan tugas yang tidak dapat dilakukan oleh teknologi dengan baik, setidaknya dalam waktu dekat ini.
Tugas tersebut antara lain adalah menjelajahi sesuatu yang tidak diketahui, mencari hal baru, kreatif, imajinatif, dan inovatif; terlibat dalam tingkat yang pemikiran yang sangat kritis; membuat keputusan dalam keadaan dengan banyak ketidakpastian dan sedikit data; dan berhubungan secara emosional dengan cara yang positif dengan manusia lain.
Semua pelaksanaan tugas tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan manusia dalam caranya memandang dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Baca juga : Penggunaan Smartphone di Indonesia
Pembelajaran Orang Dewasa
Ilmu pembelajaran orang dewasa dengan jelas menunjukkan bahwa kita tidak pandai dalam pembelajaran adaptif karena otak dan pikiran kita diarahkan untuk menjadi prosesor cepat yang efisien. Sederhananya, otak Anda tidak merasakan realitas, tetapi membangunnya dari pengalaman masa lalu Anda.
Inilah sebabnya mengapa para ilmuwan mengatakan bahwa kita sebenarnya “melihat apa yang kita percayai” daripada sebaliknya, “mempercayai apa yang kita lihat.”
Kita secara alami berusaha untuk mengesahkan apa yang kita yakini dan apa yang kita inginkan untuk dilihat dan dirasakan; untuk melindungi ego kita; untuk mengupayakan kesatupaduan mental model kita (proses pemikiran seseorang tentang bagaimana sesuatu bekerja di dunia nyata); dan kita bertindak secara “autopilot” dalam sebagian besar waktu.
Apalagi dengan sering adanya kesalahan dalam berpikir/menilai (bias kognitif) yang menjadi penghambat besar dalam proses belajar, yaitu: ego kita dan rasa takut kita. Itulah sebabnya mengapa hyper-learning akan menjadi tantangan bagi kita. Kenyataannya bahwa kita semua adalah pembelajar yang kurang baik, kurang optimal.
Ilmu pengetahuan secara jelas menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa mencapai keunggulan belajar secara sendirian. Kita tidak dapat mengatasi kebiasaan yang sudah tertanam atau cara berpikir (buruk) kita oleh diri kita sendiri. Kita butuh orang lain untuk membantu kita berpikir dan belajar mencapai tingkat yang tertinggi.
Supaya kita untuk unggul dalam melakukan tugas yang lebih kompleks yang mana teknologi canggih tidak akan mampu melakukannya dengan baik, kita harus merangkul pendekatan baru untuk belajar, baik secara individual maupun organisasional. Kita akan dipaksa untuk merangkul suatu cara baru berperilaku dan cara baru untuk bekerja yang memungkinkan manusia untuk beradaptasi secara terus menerus dengan hyper-learning.
Tantangan di Era Digital
Hyper-learning adalah sesuatu yang kognitif (penalaran logika), perilaku, dan emosional. Ya, hyper-learning adalah perilaku. Ia adalah bagaimana Anda berpikir, bagaimana Anda mendengarkan, bagaimana Anda berhubungan dan berurusan dengan orang secara emosional, dan bagaimana Anda berkolaborasi.
Dan itu adalah bagaimana Anda mengelola apa yang sedang terjadi dalam pikiran Anda, tubuh Anda dan emosional Anda. Hyper-learning dimulai dengan pola pikir (mindset).
Baca juga : Manfaat Penggunaan Internet
Pola Pikir dan Perilaku Hyper-learning
Di era digital, kita perlu melatih pikiran kita untuk memprioritaskan mencari sesuatu yang baru, eksplorasi, dan penemuan -bukan konfirmasi, penegasan, dan kedekatan pada sesuatu dan aktif mencari informasi yang mengkritisi apa yang kita percaya selama ini.
Selain itu, merangkul perbedaan dan mencoba untuk mencari makna dari perbedaan itu dan merangkul ambiguitas (sesuatu yang bisa bermakna dua) dengan tidak bergegas untuk sekedar membuat keputusan yang menyenangkan dan kilat.
Ditambah lagi, berani bilang “saya tidak tahu hal itu” dan mencoba mencari tahu akan hal itu dan “Sense-making” (proses memaknai atau memberi makna terhadap sesuatu) dan “emergent thinking” (proses belajar yang memampukan kita “menguasai” pikiran kita sebagai lawan dari “diperbudak” atau terkuasi oleh pemikiran yang usang).
“Growth mindset” atau “pola pikir pertumbuhan” memungkinkan hyper-learning karena kemampuan kita untuk belajar tidak dipengaruhi oleh IQ atau usia kita. “Smart mindset” atau “pola pikir kerendahan hati adalah kecerdasan baru” dirancang untuk membantu kita mengatasi dua penghambar terbesar untuk belajar, yaitu: ego dan rasa takut.
Di era digital, masa lalu tidak lagi menjadi prediktor handal masa depan. Kita manusia harus belajar untuk berpikir secara berbeda dan itu berarti kita harus berperilaku berbeda pula. Dan mendefinisikan pengamatan detil sub-perilaku yang terukur yang membuktikan perilaku yang dikehendaki dan juga membuktikan tidak adanya perilaku yang diinginkan.
Ini semua adalah tentang hal-hal yang kecil, seperti: Bagaimana Anda berbicara; kata yang Anda gunakan; nada bicara Anda; cara Anda berhubungan dengan orang; ekspresi wajah Anda; kehadiran/keberadaan Anda; bagaimana Anda mendengarkan; bagaimana Anda berkolaborasi; bagaimana Anda berpikir; dan bagaimana Anda berurusan dengan emosi dan perselisihan.
Demikianlah ulasan mengenai tantangan di era digital yang harus dihadapi. Tentu kita perlu adaptasi dengan aktivitas rutin baru di era digital ini. Semoga informasi ini bermanfaat. Bagi Anda yang sedang mencari jasa penyedia internet, PT. Sumber Koneksi Indonesia bisa menjadi salah satu solusinya.